• Jelajahi

    Copyright © Infonitas
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Gejolak Geopolitik Dunia Sehingga Berdampak ke Harga Minyak

    infonitas
    Rabu, Juni 04, 2025, 18:20 WIB Last Updated 2025-06-16T11:21:35Z


    INFONITAS.CO.ID
    , Jakarta — Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (ASPERMIGAS), Moshe Rizal, mengungkapkan bahwa gejolak geopolitik global terus berlanjut dan menyebabkan fluktuasi harga minyak yang sangat drastis.


    "Kita lihat beberapa dekade terakhir bahwa harga minyak tidak hanya dipengaruhi oleh fundamental supply-demand, tetapi juga sangat rentan terhadap sentimen global atas gejolak geopolitik yang terjadi," ujarnya.


    Salah satu contohnya, lanjut Moshe, adalah ketika mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif dagang yang diberlakukan hampir ke seluruh negara di dunia. Kebijakan ini, yang dikenal dengan istilah “Liberation Day”, menyebabkan harga minyak jatuh ke titik terendah sejak pandemi Covid-19.


    Penurunan harga minyak tersebut bukan disebabkan oleh penurunan permintaan minyak secara langsung, melainkan karena sentimen pasar yang mengantisipasi dampak besar dari kebijakan tersebut terhadap perdagangan global—khususnya dengan Amerika Serikat yang memiliki nilai transaksi perdagangan terbesar di dunia.


    Namun pada awal Mei 2025, harga minyak kembali naik sekitar 5 poin setelah adanya laporan bahwa Amerika Serikat dan Tiongkok mulai membuka diri untuk melakukan negosiasi tarif. Kabar ini memberikan sentimen positif terhadap perdagangan global. Sebagai dua negara dengan volume perdagangan dan konsumsi minyak tertinggi di dunia, pengaruh kedua negara ini sangat signifikan dalam menentukan harga minyak global.


    Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) tahun 2024, permintaan dunia terhadap minyak diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2029. Kenaikan ini sebagian besar didorong oleh lonjakan permintaan dari Tiongkok yang juga diproyeksikan mencapai puncaknya pada tahun yang sama.


    Harga minyak kembali mencatat kenaikan moderat pada 3 Juni 2025. Hal ini didorong oleh meningkatnya risiko geopolitik dan tanda-tanda pengetatan pasokan. Namun, ketidakpastian terkait Iran serta indikator ekonomi global yang masih lemah berpotensi menahan laju kenaikan tersebut.


    Pasar minyak juga terguncang oleh eskalasi konflik Ukraina, termasuk serangan drone dan serangan terhadap infrastruktur Rusia. Di sisi lain, Iran memberikan sinyal penolakan terhadap proposal Amerika Serikat untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir. Kesepakatan ini sebenarnya bisa membuka keran ekspor minyak Iran jika sanksi internasional dicabut.


    Teheran menilai bahwa kesepakatan saat ini terlalu berat sebelah dan tidak mampu meredam tekanan Amerika Serikat terhadap pengayaan uranium.


    Situasi ini diperparah dengan ketegangan antara Israel dan Iran. Negosiasi nuklir yang belum menemui titik terang berpotensi dimanfaatkan Israel untuk melanjutkan agresi terhadap Palestina, bahkan membuka kemungkinan aksi militer unilateral terhadap Iran. Moshe menyebut, kondisi ini membuat harga minyak mentah dalam waktu dekat sangat mungkin melonjak secara signifikan.


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini